Sebagian dari kita mungkin masih asing dengan teknologi blockchain. Kita lebih mengenal sederetan mata uang crypto, sebut saja bitcoin, Ethereum dan lain-lain.
Pelopor teknologi Blockhain adalah nenek moyang mata uang Crypto, yaitu Bitcoin yang konon diciptakan oleh seseorang dengan nama samaran Satoshi Nakamoto. Namun itu masih tanda tanya, besar karena tidak bukti otentik yang menunjukkan bahwa SN adalah pencipta Bitcoin.
Blockchain merupakan teknologi sistem penyimpanan data digital yang terhubung melalui system kriptografi.
Teknologi blockchain sifatnya terdesentralisasi, tidak ada seseorang atau otoritas manapun yang bisa memodifikasi, mengendalikan bahkan memanipulasi data. Ini karena data terpecah ke setiap komputer yang memiliki aplikasi khusus, sehingga untuk memodifikasi data memerlukan persetujuan setidaknya 50% pemegang data tersebut.
Cara Kerja Teknologi Blockhain
Bagaimana system Blockchain bekerja? Blockchain terdiri atas beberapa blok yang dirangkai. Agar terbentuknya blok maka ada syarat yang harus terpenuhi diantaranya ada Transaksi.
Transaksi itu harus diverifikasi, Transaksi disimpan dalam satu blok, Blok mendapatkan hash (kode identifikasi khusus dan unik).
Pemanfaatan Teknologi Blochain
Berikut ini beberapa contoh pemanfaatan Teknologi Blockchain dalam kehidupan sehari-hari:
1. Mata Uang Crypto menggunakan Teknologi Blockchain
Bisa dipastikan semua mata uang Crypto menggunakan Teknologi Blockchain, Cryptocurrency atau mata uang kripto sudah ada sejak tahun 1998 dan digagas oleh Wei Dai. Dia adalah seorang insinyur komputer punya kontribusi besar bagi perkembangan kriptografi dan cryptocurrency.
Dirinya mengembangkan perpustakaan kriptografi Crypto ++, menciptakan sistem cryptocurrency b-money.
Salah satu contoh mata uang Crypto yang terbaru di gagas oleh orang Indonesia adalah Nagayacoin, memanfaat teknologi blockchain dengan konsep backup emas.
2. Pemilihan Umum di Beberapa Negara Menggunakan Teknologi Blockchain
Salah satu negara maju telah menerapkan sistem pemilu elektronik, atau e-voting menggunakan teknologi blockchain. Tujuannya untuk mengurangi serangan hacker, dan akurasi pemungutan suara adalah Rusia dan Amerika Serikat.
Salah satu bentuk penggunaan teknologi blockhain pada pemungutan suara di Rusia. Rusia menggunakan blockchain yang dimulai dari pemantauan hasil jajak pendapat, dan pemilihan presiden 2018 lalu.
Sepanjang perkembangan kripto, blockchain telah menunjukkan bukti konkret sebagai salah satu teknologi paling aman melindungi data. Termasuk duplikasi, mengamankan dari perubahan dan penghapusan data.
Tidak ketinggalan Amerika Serikat, juga telah menerapkan teknologiĀ Blockchain, pada beberapa pemilu lokal di negara bagian tersebut seperti pemilu lokal di Denver, Colorado. Menggunakan aplikasi yang disebut aplikasi Voatz.
Pada pemilu tahun 2018 negara bagian Virginia juga menggunakan aplikasi ini. Tentu teknologi e-voting bisa digunakan dalam pemilu yang merupakan salah satu pilar penting dalam demokrasi.
Apalagi terdapat kekurangan dalam penerapan secara konvensional yang sudah terjadi selama ini. Sebenarnya, sistem pemungutan suara secara elektronik, sudah sangat sering digunakan seperti survei, ujian, petisi, hingga pemilu.
Keamanan Pemilu Sangat Penting
Dalam setiap demokrasi, keamanan pemilu adalah masalah keamanan nasional. Bidang keamanan komputer, telah selama satu dekade mempelajari kemungkinan sistem pemilihan elektronik, dengan tujuan meminimalkan biaya pemilihan umum nasional, sambil memenuhi dan meningkatkan kondisi keamanan pemilihan.
Mengganti skema kertas tradisional dengan sistem pemilihan yang baru, sangat penting untuk membatasi penipuan dan membuat proses pemungutan suara dapat dilacak dan diverifikasi.
Beberapa negara maju dan berkembang juga menerapkan teknologiini, seperti India. pemilu India adalah sebuah perhelatan demokrasi paling besar di dunia.
Pada hari pemilu, setiap pemilih harus membawa kartu pemilih, setelah diperiksa oleh panitia pemungutan suara, dan sesuai dengan data daftar pemilih tetap, pemilih diizinkan untuk memilih pada mesin elektronik yang disediakan.
Selain di India, beberapa negara yang sudah menerapkan sesuai dengan e-voting map 2015 yang dikeluarkan Competence Center for Electronic Voting and Participation di antaranya, kategori legally binding electronic voting with voting machines yaitu: Australia, Brazil, Kanada, Prancis, India, Jepang, Kazakhstan, Peru, Rusia, Amerika, Arab Saudi, dan Venezuela, kategori legally binding internet voting yaitu: Austria, Australia, Kanada, Estonia, Prancis Jepang, dan Swiss, kategori Planning trials, non-legally binding e-voting yaitu: Argentina, Azerbaijan, Belarus, Bulgaria, Chile, Republik Czech, Finlandia, Greece, Italia, Latvia, Lithuania, Mexico, Nepal, Nigeria, Norwegia, Polandia, Portugal, Romania, Slovakia, Slovenia, Afrika Selatan, Spanyol, Korea Selatan, Swedia.
Di Indonesia sendiri, seperti yang diberitakan oleh Kompas 9 April 2020. Menteri dalam negeri juga telah mengusulkan penggunaan sistem pemungutan suara secara elektronik, perlu diterapkan dalam pemilu nasional yang akan datang. Ditinjau dari jumlah masyarakat penduduk yang telah memiliki KTP elektronik sudah mencapai 98.8 persen. Di beberapa daerah juga telah menerapkan pemungutan suara secara elektronik, untuk memilih kepala desanya masing-masing.
3. Sertifikat Tanah, layanan perpajakan, mulai melirik Teknologi blockchain
Seperti diberitakan oleh Kompas, bahwa Layanan Perpajakan mengadopsi teknologi blockchain. Hal ini bertujuan untuk menyederhanakan beban administrasi perusahaan, sekaligus membuat transaksi yang dilakukan menjadi lebih transparan.
Badan Pertanahan Nasional (BPN) juga dapat bekerja sama, dengan memanfaatkan teknologi Blockchain untuk pembuatan sertifikat tanah. Hal ini bertujuan agar semua data bisa transparan di publik. Calo tanah tidak bisa lagi, karena transaksi bisa dibuka semua orang berdasarkan data lokasi yang jelas.